Friday, October 30, 2015

Filled Under:

Mengapa Mempelajari Kecerdasan Buatan (Artificial Intellegence)


Manusia diciptakan dengan kecerdasan yang sangat luar biasa. Bayi yang baru lahir hanya bisa menangis saat lapar  dan dengan segera berhenti begitu sang ibu memberinya ASI (air susu ibu). Hal ini merupakan konsep belajar paling sederhana melalui sebuah pemetaan di jaringan syaraf otaknya: jika dia lapar dan menangis, maka ibunya pasti akan segera datang untuk memberinya ASI. Pembelajaran yang diperoleh melalui stimulasi dari lingkungannya terjadi sangat cepat, eksponensial. Di usia sekitar dua tahun, seorang bayi umumnya sudah mulai mengucapkan beberapa kata dan mampu mengenali berbagai benda meskipun yang terlihat hanya bagian tertentu dari benda tersebut. Ketika melihat bagian kecil dari ekor cicak, dia akan mampu mengidentifikasi bahwa ada ekor cicak sedang bersembunyi di balik bingkai foto yang tergantung di dinding. Satu atau dua tahun kemudian, dia sudahlihai berkomunikasi menggunakan satu kalimat lengkap dengan subjek – predikat-obyek-keterangan. Padahal dia sama sekali tidak pernah diajari tata bahasa. Di usia lima tahun, dia sudah mahir berargumen menggukan kalimat-kalimat mejemuk yang kompleks. Pada usia selanjutnya, kecerdasannya akana berkembang dengan sangat pesat, membentuk kecerdasan mejemuk (Multiple Intellegence). Sampai saat ini, belum ada satu mesin pun yang bisa menyamakan kecerdasan majemuk manusia secara keseluruhan.

Selama bertahun-tahun para filsuf berusaha mempelajari kecerdasan manusia. Dari pemikiran para filsuf tersebut, lahirlah AI sebagai cabang ilmu yang juga barusaha memahami kecerdasan manusia. Ai berusaha membangun entitas-entitas cerdas yang sesuai dengan pemahaman manusia. Entitas – entitas cerdas yang dibangun AI ini ternyata sangat menarik dan mempercepat proses pemahaman terhadap kecerdasan manusia. Oleh karena itu, AI menjadi bidang yang sangat penting dalam memahami kecerdasan manusia. Dengan didukung perkembangan Hardware dan Softeware yang sangat beragam, AI telah menghasilkan banyak produk yang sangat penting dan berguna untuk kehidupan manusia.  Hingga saat ini, AI terus dipelajari dan dikembangan secara meluas dan mendalam. Saat ini, kita Soft Computing, Evolutionary Computation, dan banyak lagi lainnya yang semakin focus pada bidang kajian dan pemasalahan tertentu.

Pada artikel ini, pembahasan AI difokuskan pada empat teknik dasar pemecahan masalah yaitu: Searching, Reasoning, Planning, dan Learning.  Keempat teknik yang memiliki karakteristik unik, tersebut bisa digunakan secara serial dan paralel untuk membangun aplikasi sederhana hingga sebuah system yang sangat besar. Misalkan, aplikasi yang dibangun menggunakan teknik searching yang di ikuti teknik reasoning. Sementara aplikasi lainnya dibagun menggunakan teknik reasoning yang dilakukan secara paralel dengan teknik learning.  Dengan demikian, keempat teknik tersebut dapat diilustrasikan oleh gambar 1-1 berikut ini :
    
Gambar 1-1 : Empat teknik dasar dalam AI yang bias digunakan sendiri- sendiri secara terpisah atau penggabungan dua, tiga, bahkan empat teknik sekaligus untuk membangun suatu aplikasi.








0 comments:

Post a Comment